Kamis, 18 Oktober 2012

Albert einstein dan Isra' Mi'raj Muhammad saw

Hubungan Teori Relativitas Albert Einstein dengan Isra’ Mi’raj
 
apa mungkin yaa teori2 yang udah sekarang ada adalah teori kelanjutan darii kejadian2 yang udah terjadi dan kadang gk masuk akal.. & ini Allah rangkai untuk menunjukkan bahwa manusia dituntut untuk berfikir sekaligus allah ngasih bukti atas kejadian yang diluar logika manusia melainkan itu dari Dzat yang maha raja diatas raja.. coba kita telaah tentang teori relativitasnya AE dengan peristiwa Isra'mi'rajnya Nabi Muhammad kekasiih htiii,, lets read more...........
 
Isra’ dan Mi’raj. Secara istilah, Isra’ berjalan di waktu malam hari, sedangkan Mi’raj adalah alat (tangga) untuk naik. Peristiwa Isra’ Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa. Dalam Isra’, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Gambar Teori Albert Einstein Relativitas Waktu
 Gambar Teori Albert Einstein Relativitas Waktu
Prosesi sejarah perjalanan Isra’’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub dalam firman Allah :
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’’ :1)

“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)

Sejarah mencatat Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang fantastis dan sulit dicerna akal. Banyak yang menganggap itu adalah sebuah peristiwa metafisika yang tidak rasional. Dimana Kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani. Valid tidaknya kebenaran peristiwa metafisika-secara akal, bukanlah soal selagi ia diimani. Sehingga banyak orang yang meragukan kebenaran dari Isra’ Mi’raj dengan menganggap Isra’` Mi`raj sebagai sesuatu yang mengada-ada dan dongeng Nabi Muhammad belaka.
 
Tapi siapa sangka dan bukan suatu kebetulan kiranya, jika kemudian Allah pada awal abad ke - 20 ciptakan seorang manusia bernama Albert Einstein, fisikawan ternama berbangsa Yahudi  yang dengan teori Relativitasnya, kebenaran fenomena Isra’ Mi’raj menjadi rasional alias kebenarannya dapat dibuktikan secara nyata.
Untuk bisa memahami konsep relativitas waktu, kita harus memahami dulu yang dimaksud dengan Waktu (Time). Dalam fisika, waktu merupakan salah satu besaran pokok yang melambangkan periode atau interval yang bisa diukur secara pasti (satuan internasionalnya adalah detik). Kita tahu bahwa 1 hari terdiri dari 24 jam, 1 jam 60 menit, dan 1 menit 60 detik. 1 detik didefinisikan sebagai jumlah osilasi atom Cesium-133 (9.192.631.770 osilasi) pada jam atom. Dengan konstanta-konstanta yang terlibat ini, kita tentunya langsung menyimpulkan bahwa waktu memiliki nilai absolut (eksak) dan bukan merupakan besaran yang nilainya relatif terhadap suatu acuan tertentu.
Tetapi Einstein mengubah pandangan ini saat mengemukakan teori relativitasnya Menurut Einstein, semakin besar kecepatan gerak suatu benda atau partikel, waktu akan berjalan semakin lambat bagi benda atau partikel tersebut. Saat kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, waktu berjalan sangat lambat. Bagaimana kalau ada benda atau partikel yang bisa bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya? Waktu akan berjalan begitu lambatnya sehingga benda yang bergerak dengan kecepatan setinggi itu bisa kembali ke posisi awal dengan sangat cepat. Saking cepatnya, benda itu sudah kembali berada di posisi awalnya sebelum benda itu mulai bergerak.
Teori relativitas Einstein dapat dibuktikan dengan perjalanan ke ruang angkasa. Para astronot meninggalkan bumi menggunakan pesawat ulang-alik yang meluncur dengan kecepatan sangat tinggi. Jika mereka melakukan perjalanan selama 1 tahun di ruang angkasa dan kemudian kembali ke bumi, mereka bisa menemukan bahwa bumi mencatat waktu perjalanan mereka mencapai 10 tahun! Ini berarti dua orang atau benda yang bergerak dengan kecepatan berbeda akan mengalami durasi waktu yang berbeda pula. Dan Albert Einstein menambahkan bahwa apabila suatu benda melebihi kecepatan cahaya (v>c) maka benda tersebut akan kembali ke masa lalu.
Dan, inilah yang telah direfleksikan buraq, hewan sejenis kuda bersayap sebagai kendaraan Nabi saat melakukan perjalanan Isra`. Ketika memulai perjalanan yaitu dari Masjid Alharam (Mekkah), dengan daya kecepatan buraq (v>c), Nabi tidaklah mengarah ke masa depan. Namun kembali ke masa lalu. Dan, melewati masa lalu itulah Nabi memberangkatkan perjalanannya. Hingga, seiring guliran-guliran waktu perjalanan itu, perjalananpun melaju ke titik waktu saat mana beliau baru memulai. Hingga, kesan yang ada pun seolah-olah Nabi melakukan perjalanan Isra` Mi`raj hanyalah sesaat.
Dari penjelasan diatas Albert Einstein seolah-olah merefleksikan bahwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan menembus waktu. Dan kita dapat menyimpulkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj adalah benar. Bagaimana mungkin seorang  manusia  yang hidup pada 14 Abad yang silam dapat membuat sebuah cerita atau teori yang dapat dibuktikan didalam abad ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata lain tidak mungkin Rasulullah  SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir sesudahnya. 

hemmm masuk akal kannn? semoga bermanfaat kawan ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar